Ads 468x60px

Selamat Datang di Blog Keperawatan, Materi PMR, dan Kesehatan

Rabu, 28 Maret 2012

PERUBAHAN MASA NIFAS

Share this history on :

PERUBAHAN MASA NIFAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu di Indonesia termasuk sangat tinggi jika dibandingkan dengan angka kematian ibu di berbagai negara dalam kawasan Asia Tenggara. Seperti di banyak negara berkembang lainnya, penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan. Perdarahan merupakan komplikasi persalinan yang dapat terjadi pada kehamilan muda, selama dan pascapersalinan. Proporsi kematian yang disebabkan oleh perdarahan menempati posisi tertinggi diantara tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, ekslampsia, dan sepsis. Ironisnya, semua penyebab utama tersebut, digolongkan sebagai penyulit atau komplikasi yang sebenarnya dapat dihindarkan apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar.

Kehamilan/persalinan patologis hanya terjadi pada sekitar 10-12 % dari keseluruhan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain, sebagian besar (88-90 %) kehamilan/persalinan akan berlangsung secara normal. Berdasarkan hasil investigasi kualitas secara cepat yabg dilakukan pada bulan Juli 1997 di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, terungkap bahwa hampir sebagian besar (80 %) penolong persalinan yang bekerja di fasilitas kesehatan, tidak mampu melakukan asuhan persalinan sesuai dewngan standar yang di inginkan.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERUBAHAN / ADAPTASI MASA NIFAS
• Involusi uterus dan pengeluaran lochea.
• Perubahan fisik
• Lactasi
• Perubahan sistem tubuh
• Perubahan psikologis

1. Perubahan Fisik Dan Fisiologis
• Uterus
• Lochea
• Serviks
• Vulva dan vagina
• Perineum
• Kembalinya ovulasi dan menstruasi
• Dinding perut dan peritonium
• Laktasi
• Sistem gastrointestinal
• Traktus urinarius
• Sistem kardiovaskuler
• Tanda vital
• Darah
• Berat badan
• Menggigil
• Post partum
• Diaphoresis
• Afterpains
Involusi disebabkan oleh:
• Iskemia : Kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus-menerus → kompresi pembuluh darah dan anemia setempat.
• Otolisis : Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri.
• Atrofi : Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen jumlah besar → atrofi karena penghentian estrogen.
Bekas luka plasenta → sembuh dalam 6 minggu
Perlambatan – disebut sub involusio – gejala :
• Lochea menetap / merah segar
• Penurunan fundus uteri lambat
• Tonus uteri lembek
• Tidak ada perasaan mules.
Segera setelah persalinan – perlu pengawasan
• Jam I : tiap 15 menit
• Jam II : tiap 30 menit
• Jam III – IV : 2x
• Selanjutnya : tiap 8 jam


Pengeluaran Lokia (Lochea)
Lochea : sekret yang berasal dari kavum uteru dan vagina dalam masa nifas
Jenis :
• Lochea rubra / lochea kruenta :
o Keluar pada hari 1-3
o Warna merah, hitam
o T.a : darah bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks c, lanugo dan mekonium.
• Lochea sanguinolenta :
o Keluar hari 3-7
o Darah bercampur lendir
• Lochea serosa :
o Keluar hari 7-14
o Warna kekuningan
• Loceha alba :
o Keluar setelah hari 14
o Warna putih
Bau lokia agak amis → bau busuk : infeksi
Lokiostasis (lokia tidak lancar keluar)

2. Perubahan Fisik
Serviks : menutup
• Segera setelah lahir – tangan pemeriksa masih dapat masuk kavum uteri.
• 2 jam setelah bayi lahir : dapat dimasukkan 2-3 jari
• 1 minggu : masuk 1 jari
• Setelah 1 minggu : serviks menutup.
Vulva dan vagina :
Mula-mula kendor, setelah 3 minggu kembali ke kondisi sebelum hamil dan rugae vagina mulai muncul, labia lebih menonjol.
Himen – ruptur → karunkulae mirtiformis
Perineum :
Mula-mula kendor karena teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju saat persalinan. Setelah 5 hari tonus mulai kembali tetapi tidak sekencang sebelum hamil.
Kembalinya ovulasi dan menstruasi :
• Pada ibu yan menyusui : menstruasi akan terjadi sekitar minggu ke 6-8 pp.
• Ibu menyusui : 45% menstruasi setelah 12 mg dan akan terjadi menstruasi anovulatory 1 x atau lebih (80% ibu menyusui) → terjadi infertilitas.
Dinding perut dan peritonium
Karena regangan menjadi kendor, termasuk ligamen-ligamen – ligamen rotundum – sehingga kadang-kadang menyebabkan uterus jatuh kebelakang → perlu latihan untuk mengembalikan tonus, dapat dilakukan setelah hari II PP.
Payudara – lactasi
Mencapai maturitas penuh selama masa nifas kecuali jika lactasi disupresi.
Payudara → lebih besar, lebih kencang dan mula-mula nyeri tekan sebagai reaksi terhadap eprubahan status hormonal dan dimulainya lactasi.
Perubahan-perubahan payudara → lactasi : → hamil
• Proliferasi jaringan – untuk kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma, lemak.
• Pada ductus lactiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan berwarna kuning (colostrum)
• Hipervaskularisasi – terdapat pada permukaan dan bagian dalam mamma.

3. Perubahan Sistem Tubuh
Sistem Gastrointestinal :
• Pada awal klien merasa lapar
• Kadang diperlukan waktu 3-4 hari – faat usus N
• Rangsang BAB secara normal terjadi 2-3 hari → karena kemampuan asupan makanan menurunkan gerakan tubuh berkurang, pengosongan usus sebelum melahirkan (lavemen), rasa sakit di daerah perineum.
Traktus Urinarius :
Pada 24 jam setelah lahir kadang terjadi kesulitan BAK karena spasme sfinkter dan edema pada VU karena kompresi antara kepala janin dan os pubis selama persalinan
Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam PP → pengaruh hormon estrogen menurunkan diuresis
Sistem Kardiovaskuler :
• Volume darah kembali ke keadaan tidak hamil
• Jumlah sel darah merah dan kadar Hb kembali normal pada hari ke-5.
• Terjadi penurunan cardiac output dan akan kembali normal dalam 2-3 minggu.


4. Perubahan Lain
Tanda Vital :
Suhu :
• Suhu ♀ inpartu tidak lebih 37,2ºC
• PP tidak naik ± 0,5ºC dari keadaan normal tapi tidak lebih dari 38,0ºC → infeksi (>).
• Normal setelah 12 jam PP
Nadi :
• Berkisar 60-80 x/mnt. Setera setelah melahirkan dapat terjadi bradikardi. Masa nifas umumnya nadi lebih dari suhu
• Kadang terjadi hipertensi post partum → hilang setelah 2 bulan.
Berat badan
• Segera setelah melahirkan BB turun 5-6 kg karena pengeluaran bayi, plasenta, air ketuban.
• Masa nifas dini BB menurun ± 2,5 kg, karena puerpera diuresis.
• 6-8 mg PP BB akan normal
Afterpains (mules setelah persalinan)
• terjadi selama 2-3 hari PP
• karena kontraksi uterus, nyeri bertambah pada saat menyusui.
• Nyeri timbul bila masih terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa plasenta atau gumpalan darah dalam kavum uteri.

5. Perubahan Psikologis
• Karena adanya perubahan hormonal, terkurasnya cadangan fisik untuk hamil dan melahirkan, keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing, kecemasan akan bayi, suami atau anak yang lain.
• Setelah bayi lahir → masa transisi bayi + orangtua untuk membina hubungan.
Masa transisi yang harus diperhatikan pada masa PP :
• Phase honeymoon
Phase setelah anak lahir, terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu – ayah – anak → “psikis honeymoon” masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
• Bonding and Attachment (ikatan kasih)
Terjadi pada kala IV, diadakan kontak antara ibu – ayah – anak dan tetap dalam ikatan kasih.
Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih.

• Phase pada masa nifas
Rubin (1963), mengidentifikasi 3 tahap perilaku ♀ ketika beradaptasi dengan perannya:
o Phase “Taking In”
o Phase “Taking Hold”
o Phase “Letting Go”

- Phase “Taking In”
Perhatikan ibu terhadap kebutuhan dirinya: minta diperhatikan, pasif dan ketergantungan, tidak ingin kontak dengan bayi tapi bukan berarti tidak memperhatikan. Menginginkan informasi tentang bayi, mengenang pengalaman melahirkan.
Berlangsung 1-2 hari
Ibu nifas perlu istirahat, makan, minum adekuat.
- Phase “Taking Hold”
Ibu berusaha mandiri berinisiatif, penyesuaian fungsi tubuh, mulai duduk, jalan, belajar tentang perawatan dirinya dan bayi, timbul rasa kurang PD.
Berlangsung ± 10 hari.
- Phase “Letting Go”
Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya, mempunyai peran dan tanggung jawab baru, terjadi peningkatan dalam perawatan diri dan bayinya, penyesuaian dalam hubungan keluarga.

2.2 MACAM-MACAM BENTUK PANGGUL
Bentuk panggul / pelvis di bagi menjadi 4 berdasarkan klasifikasi Caldwell- Moloy tahun 1933. . Bentuk panggul yang umum pada wanita adalah jenis gynecoid (gyne = wanita). Panggul wanita sesungguhnya terbentuk dari beberapa tulang. Tulang2 tersebut adalah tulang ilium, tulang iskium, tulang ekor dan tulang kemaluan. Ukuran dan bentuk tulang ini memiliki efek yang dahsyat terhadap bentuk "body" wanita’



Bentuk Gynecoid ditemukan pada sekitar 50% wanita (di Amerika). Bentuk ini merupakan bentuk klasik panggul wanita. Ukuran muka belakang sedikit lebih kecil dibandingkan ukuran kiri-kanan (melintang). Wanita dengan jenis panggul ini body-nya akan "shapely and curvy.
Panggul Android bentuknya lebih segitiga, bentuk ini merupakan bentuk panggul laki2 pada umumnya. Wanita dengan bentuk panggul ini akan mengalami kesulitan untuk melahirkan bayi dengan ukuran yang agak besar. Ditemukan pada sekitar 20% wanita. Panggul Anthropoid, seperti panggul gynecoid tetapi ukuran melintangnya lebih kecil.
Panggul Platypoid bentuknya gepeng. Mirip juga seperti gynecoid tapi gepeng (flattened gynecoid). Hanya sekitar 3% wanita yang memiliki bentuk panggul seperti ini. Untuk dapat mengetahui bentuk panggul seperti ini dilakukan pemeriksaan yang namanya Pelvimetri baik secara klinis (pemeriksaan dalam dan jangka alat ukur) atau pun dengan mempergunakan rontgen.

2.3 EMPAT JENIS TEHNIK BERNAFAS (PACE BREATHING TECHNIQUES)
1. Cleansing Breath
Santai napas melalui hidung dan keluar mulut. Digunakan pada awal dan akhir setiap kontraksi.
a. Slow-Paced Breathing (Kira-kira 6-8 napas per menit)
Tidak kurang dari setengah tingkat pernapasan normal (jumlah napas per menit dibagi 2).
b. Modified-Paced Breathing (Sekitar 32-40 napas per menit)
Tidak lebih dari dua kali pernapasan normal reate (jumlah napas per menit dikalikan 2).

c. In-Out / In-Out / In-Out / In-Out ….
Untuk informasi lebih fleksibilitas dan variasi wanita dapat menggabungkan pernapasan lambat dan dimodifikasi dengan menggunakan pernapasan lambat awal dan akhir dari pernapasan kontraksi dan dimodifikasi untuk lebih intens puncak. Teknik ini melestarikan energi, mengurangi kelelahan, dan mengurangi risiko untuk hiperventilasi.
d. Patterned-Paced Breathing (Same Rate As Modified)
Meningkatkan Konsentrasi:
1). 3:1 berpola napas IN-OUT / IN-OUT / IN-OUT / IN-PUKULAN (mengulang melalui kontraksi)

2). 4:1 berpola napas IN-OUT / IN-OUT / IN-OUT / IN-PUKULAN (mengulang melalui kontraksi)
Anda dapat melakukan pola yang diinginkan, meskipun rasio 5:1 atau lebih tinggi cenderung sangat melelahkan. Beberapa orang suka melakukan berpola bernapas untuk sebuah lagu (Yankee Doodle, Old McDonald), untuk sebuah kalimat diulang-ulang (Saya rasa saya bisa, saya kira saya dapat), atau dalam pola piramida seperti 1:1, 2:1, 3 : 1, 4:1, 5:1 - 5:1, 4:1, 3:1, 2:!, 1:1.

3). coach call: Dapat digunakan ketika perempuan membutuhkan lebih banyak gangguan dan melatih konsentrasi wanita. Sinyal pernapasan dengan rasio / jari atau dengan petunjuk verbal, mengubah rasio setelah setiap “IN-BLOW.”






2.4 PLASENTA PLEVIA
Placenta previa adalah kondisi dimana posisi placenta terlalu dekat atau bahkan menutupi servik. Plasenta adalah organ vital yang menjadi jembatan antara ibu dengan bayi dan menyuplai nutrisi melalui tali pusar janin. Mungkin pernah mendengar bahwa plasenta sebenarnya bisa bergerak, tapi dalam kenyataannya ia tetap berada di tempatnya. Namun uterus secara perlahan berubah dan mengembang seiring dengan bayi yang belum lahir, jadi posisi plasenta bisa berubah selama kehamilan.
(http://keluargakamil.wordpress.com/2009/02/06/placenta-previa-di-trisemester-ketiga)
Placenta-previa artinya "plasenta di depan" (previa=depan). Artinya, plasenta berada lebih "depan" daripada janin yang hendak keluar. Angka kejadiannya sekitar 3-6 dari 1000 kehamilan.
(http://tonangardyanto.blogspot.com/2006/04/placenta-previa-plasenta-bisa-pindah.html)



Jika kondisi placenta previa terus berlangsung sampai saat kandungan semakin tua, dapat menyebabkan perdarahan dalam trimester ketiga (binggo, mungkin ini penyebabnya). Bisa juga menyebabkan kelahiran dini yang membuat bayi lahir prematur. Jika plasenta menutupi seluruh serviks atau sebagian dari serviks saat Anda akan melahirkan sulit diharapkan bisa melahirkan dengan normal atau jika terpaksa harus dengan bedah Caesar.
Jika usia kehamilan memasuki minggu ke-19 dan memperlihatkan posisi plasenta di bawah, hanya 10% wanita yang terancam komplikasi sampai menjelang persalinan. Ini berarti 90% plasenta diharapkan masih bisa berubah posisinya kearah normal. Perubahan letak plasenta pada usia kandungan masih muda ini juga masih mungkin terjadi karena jumlah cairan ketuban masih banyak dan memungkinkan janin bergerak memutar ke berbagai arah yang dikehendaki janin. Namun seiring dengan usia kandungan yang semakin tua, maka biasanya cairan ketuban akan semakin berkurang sampai menjelang masa persalinan. Pada masa ini biasanya placenta previa menjadi bermasalah saat janin sudah berubah posisi namun letak placenta tetap menutupi jalan lahir, sehingga sudah sulit untuk diharapkan kembali ke letak yang seharusnya. Masalahnya pada usia kandungan di trimester terakhir, cairan ketuban sudah semakin sedikit dan besar bayi sudah semakin memenuhi ruang rahim.
Perdarahan pada placenta previa terjadi karena perubahan pada serviks di akhir masa kehamilan. Sejalan dengan perubahan pada serviks atau mulai melebarnya pembuluh darah kemudian pecah dan terjadi perdarahan, kadang-kadang dengan jumlah yang cukup banyak.
Jika placenta previa tidak dapat kembali ke posisi semula dengan sendirinya, ada beberapa cara untuk menanganinya. Antara lain dengan “bedrest” dan kehamilan Anda akan selalu dimonitor melalui USG. Jika mulai terjadi perdarahan yang banyak atau terjadi beberapa kali kontraksi maka Anda harus segera ke rumahsakit karena mungkin saja akan segera melahirkan.
Penanganan placenta previa tergantung pada letaknya, yaitu:
• Complete Previa : jika benar-benar menutupi serviks dan tidak memungkinkan ibu melahirkan dengan normal. Jadi dokter akan memutuskan untuk segera dilakukan bedah Cesar
• Partial Previa : plasenta menutupi sedikit saja serviks, masih dimungkinkan ibu melahirkan dengan cara normal
• Marginal Previa : plasenta berada di tepi serviks namun tidak menutupi jalan lahir.

Empat jenis plasenta previa :

1. Placenta previa totalis, bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Pada posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.

2. Placenta previa partialis, bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada posisi inipun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.

3. Placenta previa marginalis, bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

4. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga dangerous placenta), posisi plasenta beberapa mm atau cm dari tepi jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hat-hati.




DAFTAR PUSTAKA


Lowdermilk & Perry. 2006. Maternity Nursing, Ed 7. St Louis: Mosby Elsevier.
http://www.drdidispog.com/2009/11/bentuk-panngul.html
http://tonangardyanto.blogspot.com/2006/04/placenta-previa-plasenta-bisa-pindah.html
http://keluargakamil.wordpress.com/2009/02/06/placenta-previa-di-trisemester-ketiga

0 komentar:

Posting Komentar