- DEFINISI
Klinis : gejal adanya gangguan fungsi otak karena suhu tinggi, radang, tumor, trauma dan gangguan elektrolit atau metabolisme
KLASIFIKASI KEJANG
Menurut Ngastiyah dalam perawatan anak sakit
- Kejang bayi baru lahir ( kueang dari 28 hari )
- kejang dengan panas badan
- Tetanus
- Kejang demam
- Kejang karena radang otak
- Meningitis
- Encephalitis
- Meningoencephalitis
- Abses otak
- Epilepsi
- Lain-lain : trauma, tumor, gangguan elektrolit, perdarahan.
- AKIBAT KEJANG
- Tidak apa – apa
- Epilepsi
- Cacat mental atau ganngguan kepribadian
- Cacat fisik atau kelumpuhan
- Kematian
- Kepayahan
- Hipertensi
- Tekanan intra kranial
- ETIOLOGI
- I. Intrakranial
- Gangguan metabolik
- Hipokalsemia
- Hipomagnesium
- Gangguan elektrolit
- Toksik
- Drug withdrawal (penghentian obat)
- Kelainan diturunkan
- kekurangan peridoxin
- Kernikterus
- Ekstrakanial
- Asfiksia
- Trauma ( perdarahan )
- Infeksi
- Kelainan
- Idiopatik
- kejang hari ke 5 – 27 yaitu hipokalsemia ( bukan komplikasi)
- kejang antara hari 7 – 10 karena infeksi dan kelainan genetik
- PATOFISIOLOGI
Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang teridri dari permukaan membran yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilaalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,kecuali ion klorida (Cl-). Akibat konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan sdiluar sel, maka terdapat keadaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbengan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan en zim Na-K ATP- ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah menjadi :
- perubahan kosentrasi ion diluar ekstraseluler
- rangnsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
- perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
- 6. DIAGNOSTIK
- I. Anamnese
- Banngkitan kejang
- panas badan +/-
- lamanya, pola frekuensi
- Riwayat keluarga
- riawyat sebelum kejang yaitu pada saat persalinan atau trauma.
- II. Pemeriksaan fisik
- Bentuk kejang
- Kesadaran
- Kelainan neurologi
- Tanda vital : suhu, tekanan darah, RR, nadi
- Penyakit lain : GE, jantung, ginjal
- III. Pemeriksaan laboratorium
- DL, UL, Elektrolit
- Pungsi lumbal
- Foto kepala, EEG, Funduskopi, transiluminasi
- 7. PENATALAKSANAAN
- Atasi kejang : - Diazepam 0,3 – 0,5 mg/Kg BB
- Prinsip A,B,C : Manual/elektro (saction)
- Terapi penyebab
- Tindakan operasi
- Terapi simtom dengan menurunkan panas :
- Kompres
- Terapi supportif
- Cairan elektrolit
- Roborantia
- O2
TINJAUAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
- Kaji RR
- Kaji laporan orang tua tentang kejang tonik/klonik selama 1 tahun
- Kaji tentang pemberian obat selama terjadi kejang (keteraturan obat)
- Kaji riwayat kejang
- Kaji riwayat kehamilan orang tua adakah toksemia selama akhir pertengahan kahamilan.
- Kaji tentang tunbuh kembang anak : adakah penurunan DTRs, kaji tingkat kesadaran, kaji tentang r eaksi terhadap stimulus
Pemeriksaaan Neurologis
- Perilaku dan statua mental : mengukur kemampuan ank untuk brhubungan dengan orang lain, tingkat kemampuan dan aktivitas, misalnya hiperaktivitas dan hipoaktivitas.
- Pemeriksaan motorik
- Penilaian kekuatan otot yaitu erdiri, berjalan, otot pernafasan.
- Penilaian tonus otot
- Pengujian koordinasi motorik halus
- Gerakan involunter
- Pemeriksaan reflek,misalnya keberadaan, ketiadaan, peningkatan dan penurunan reflek.
- Pemeriksaan sensorik
- Rasa kecap, penciuman, pendengaran dan raba
- Gerakan mata
DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
- Resiko tinggi terhadap inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan relaksaasi lidah dan reflek gangguan sekunder terhadap gangguan intervensi otot.
- Klien akan menunjukan potensi jalan nafas kontinyu.
- keluarga akan menggambarkan intervensi untuk mempertahankan jaln nafas pasien selama kejang.
1. Riwayat aktifitas kejang
2. Status pernafasan selama kejang 1,2. gerakan tonik atau klonik selama kejang dapat menyebabkan lidah turun kebelakang dan menghambat jalan nafas.
Intervensi | Rasional |
b.Baringkan klien dilantai bila mungkin c. Setelah kejang baringkan klien dengan posisi miring.
| |
2. Obsrvasi kejang dan dokumentasikan karakteristiknya a. Awitan dan durasi b.Kejadian prakejang (misal : penglihatan,pendengaran, penciuman atau rangsang taktil ) c. Bagian tubuh dimana kejang mulai gerakan awal
f. Aktivitas motorik involunter (misalnya mengecap bibir, atau menelan berulang kali ) g.Inkontinensia (fekal atau urine ) h.Penurunan kesadaran
| |
Intervensi | Rasional |
3.Bila klien mengeluh aura, anjurkan klien berbaring |
|
4. Ajarkan anggota keluarga atau orang terdekat cara berespon padaklien selama kejang | 4. orang lain dapat diajarkan tondakan untuk mencegah obstruksi jalan nafas dan cedera |
- resiko tinggi terhadap isolasi sosial yang berhubungan dengan rasa malu sekundr terhadap mengalami kejang dibanyak orang
- Pola sosialisasi biasanya: 1. klien beresiko tainggi dikaji
Tetangga dan sekolah yang dengan isolasi sosial tidak
selalu cepat tampak
- Masalah berkenaan dengan 2. perasaan penolakan dan malu
Intervensi | Rasional |
Bantu klien mengenali kebutuhuan sosialisasi | Klien yang cenderung kejang dapat memisahkan dari keluarga, teman dan kontak sosial lain. |
Berikan dukungan dan validasi bahwa masalah yang klien hadapi adalah normal | Perawat harus sensitif terhadap dampak kejang dan citra tubuh klien, menghasilkan konsep diri dan minat pada aktivitas sosial. |
Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang menyenangkan dan takberbahaya. | Rasa takan cedera akan mengakibatkan isolasi |
Tekankan pentingnya mematuhi rencana pengobatan | Kepatuhan pada regimen pengobatan dapat membantu mencegah atau mengurangi episode kejang. |
Diskusikan pengungkapan diagnostik dengan anggota keluarga | Dialog terbuka dengan keluarg adapat memberitahukan mereka |
Terlebih dahulu tentang kemungkinan kejang, yang dapat mengurangi keterkejutan menyaksikan kejang dan memunngkinkan membantu tindakan. | |
Diskusikan situasi dimana klien dapat menemui orang lain pada situasi yang serupa misalnya kelompok pendukung, yayasan epilepsi | Dengan berbagi pada orang lain pada situasi yang serupa dapat memberi klien pandangan yang lebih realistik tentang gangguan kejang dan persepsi sosial. |
- resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan terhadap regimen terapeutik sehubungandengan insufisiensi pengetahuan tentang kondisi, medikasi, perawatan selama kejang, bahaya lingkungan, dan sumber-sumber komunitas
Kriteria pengkajian fokus | Makna klinis |
| 1 – 5 Pengkajian membantu mengidentifikasi setiap faktor yang dapat mempengaruhi belajar.klien atau keluarga yang tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran memerlukan rujukan untuk bantuan paskapulang |
Intervensi | Rasional |
| a. pengertian tiba-tiba dapat mencetuskan status epileptikus b.identifikasi dinimterhadap masalah memungkinkan intervensi segera untuk mencegah komplikasi serius c. kadar obat dalam darah maenandai penyesuaian dosis obat
3. Situsi tertentu telah teridentifikasi sebagai peningkatan epsode kejang. 4.Umumnya klien yang cenderung kejang harus menghindari aktivitas yang adpat menyebabkan klien atau orang lain pada situasi berbahaya jika terjadi kejang 5.Menyaksikan kejang adalah menakutkan untuk orang lain dan memalkukan bagi klien yang rentan trehadap kejang. Rasa malu dan menakuttkan ini mempunyai dampak tyerhadap ansietas, depresi, bermusuhan dan takut.anggota keluarga juga dapat mengalami hal ini. Diskusi teruka dapat mengurangi perasaan malu dan isolasi. 6.Sumber ini dapat memberikan informasi tambahan dan dukungan. |
MASALAH KOLABORATIF
Potensial Komplikasi : Status EpileptikusTujuan Keperawatan : Perawat akan menngatasi dan meminimalkan komplikasi status epileptikus.
Intervensi | Rasional |
| 1.Status epileptikus adalh kedaruratan medik. Kerusakan pernafasan dapat meyebabkan hipoksia sistemik dan serebral. Diperlukan pemberian antikonvulsan intravena kerja cepat (mis. Valium) |
0 komentar:
Posting Komentar